Mihai Brescaro : Mualaf Romania Damai Setelah Berhaji
Seperti mimpi yang menjadi nyata”. (Mihai Brescaro, menjadi Muslim sejak 2004)

Seperti menemukan tempat teduh setelah melalui pencarian yang panjang. Begitu Istan Liliana, mualaf asal Bucharest, Romania, menggambarkan kedamaian hatinya setelah menganut agama barunya, Islam. Maka dengan tekad bulat, dara yang menyatakan keislamannya 18 bulan lalu itu medaftar sebagai calon jamaah haji Romania.

Tak sia-sia ia menguras seluruh tabungan yang dikumpulkannya sejak empat tahun lalu. “Bagi saya, haji adalah pengalaman spiritual yang sangat menakjubkan,” ujarnya. “Damai tak tergambarkan saat berada di tengah lautan jamaah di Tanah Suci Makkah.” Apalagi saat berziarah ke makam Rasulullah SAW. Tak terasa air matanya jatuh. “Ini makam manusia agung yang membuat saya jatuh hati pada ajarannya dan memutuskan untuk menganut Islam,” ia mengisahkan.

Bagi Liliana, tak gampang untuk menjadi seorang Muslimah. Ujian berat menghadangnya begitu mengumumkan niatnya untuk berislam. Ia diusir oleh keluarganya. Sahabat-sahabatnya satu persatu meninggalkannya. Satu pukulan yang dirasakan sangat berat adalah, ia dipaksa menandatangani surat pengunduran diri dari kantor tempatnya bekerja.

Namun tekadnya sudah bulat. Sempat menjadi gelandangan, Liliana akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga Islam. Ia pun kemudian berjilbab. “Pergi ke Makkah rasanya seperti mendapat solace (penghiburan,red) dari Tuhan,” ujarnya. Ia mengaku mendapatkan ketenangan batin.

Liliana menjadi bagian dari 320 jamaah haji asal Romania. Sebagian lebih dari jumlah itu adalah mualaf. Jumlah itu adalah jumlah jamaah terbanyak sepanjang sejarah Romania setelah lepas dari cengkeraman rezim komunis tahun 1989.

Mihai Brescaro, mualaf berusia 21 tahun, mengatakan ia meniatkan berhaji sebagai penyempurna keislamannya. “Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan,” ujarnya, yang berislam sejak dua tahun lalu.

Ketertarikan Brescaro pada Islam berawal saat ia menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi di Belgia. Saat itu, dunia dikejutkan dengan runtuhnya menara kembar WTC di Amerika Serikat yang kemudian menempatkan Muslim sebagai tertuduh. Penasaran dengan berbagai pemberitaan tentang Islam, ia mencari langsung ke sumbernya, para ulama Islam.

Ia menjadi tamu tetap Islamic Center di Belgia. Enam bulan kemudian, ia bersyahadat. “Sejak itu saya meniatkan diri untuk menunaikan ibadah haji,” ujarnya.

Suatu hari di bulan September, ia mengikuti kontes tanya-jawab seputar masalah agama yang diadakan International Tiba Charity (ITC) di Constanta. Tak diduga, ia keluar sebagai salah satu pemenangnya. “Hadiahnya hampir membuat saya pingsan: pergi haji!” matanya berbinar-binar saat menceritakan kisahnya kepada IslamOnline.

Bersamanya, ada 30 peserta muda lainnya yang juga mendapatkan hadiah sama. Mereka semua adalah mualaf. “Ini memang hadiah kejutan bagi mereka,” ujar Kareen Anjin, representatif ITC di Constanta.

Tahun ini, ITC mendapatkan 50 tiket haji gratis dari raja Arab Saudi. Selain untuk memberangkatkan para pemenang kontes, tiket gratis itu diberikan kepada takmir masjid setempat.

Selain memberikan tiket gratis, ITC juga memberikan subsidi bagi mereka yang ingin menunaikan ibadah haji namun biayanya belum mencukupi. Besarnya subsidi yang diberikan adalah 1.700 euro bagi masing-masing calon jamaah. “Sebanyak lima puluh orang mengajukan subsidi dan langsung kami setujui,” tambahnya. Asal tahu saja, biaya haji di Romania adalah sebesar 2.200 euro atau setara dengan Rp 25,96 juta (untuk kurs 1 euro setara Rp 11.800).

Menurut Anjin, salah satu amal ITC adalah menangani penyelenggaraan ibadah haji. Beberapa bulan sebelum musim haji, pihaknya mencetak seribu kopi majalah haji setebal 48 halaman. Majalah ini dibagikan secara gratis ke masjid-masjid dan Islamic Center seantero Romania.

Lembaga ini merupakan lembaga Muslim terbesar di Romania. Tahun lalu, ITC sukses menyelenggarakan Konferensi Internasional mengenai Islam se-Eropa. Saat itu, organisasi Muslim dari 40 negara Eropa menghadiri pertemuan di Romania yang digelar pada bulan Oktober.

Di Romania saat ini terdapat 70 ribu kaum Muslim, atau 2 persen dari seluruh populasi. Sebagian besar dari mereka berasal dari Albania dan Turki. Namun sejak tahun 2000-an, banyak penduduk setempat yang menjadi mualaf.

Satu Eropa Sejuta Mualaf

Mengapa makin banyak saja publik Eropa yang menganut Islam? Media populer The Christian Science Monitor (CSM) pernah mencari jawabannya melalui sebuah survei yang digelar di beberapa negara Eropa tahun lalu. Hasilnya, sungguh bertentangan dengan anggapan orang selama ini.

Misalnya, banyak media melansir kebanyakan mualaf adalah kaum wanita yang berpindah agama karena mengikuti agama suaminya (Islam). Kenyataannya, banyak juga kaum pria yang menjadi mualaf. Alasan perkawinan juga merupakan faktor terkecil sebagai daya tarik pindah agama.

Jawaban yang paling sering diucapkan tentang alasan berpindah agama adalah: “Mencari kedamaian batin dan jawaban dari rusaknya tatanan moral di Barat”. Survei itu juga menyebutkan, sedikitnya 1.000 Muslim baru mencatatkan namanya di tiap negara Eropa setiap tahunnya. Tak perlu menunggu hingga satu dasawarsa untuk mencatat sejuta mualaf di Eropa.

Para mualaf itu juga umumnya mengaku semakin mantap berislam setelah menemukan kenyataan islam berbeda jauh dengan justifikasi media. “Bagi saya, Islam penuh pesan kasih, toleransi, dan perdamaian,” ujar Mary Fallot, yang berislam sejak tiga tahun lalu, seperti dikutip CSM.

Selain itu, jauh dari apa yang gembar-gemborkan media di Barat bahwa kebanyakan mualaf bergabung dengan kelompok Islam radikan, survei CSM justru menyodorkan data sebaliknya. Hanya segelintir saja dari para mualaf itu yang menjadi radikal. “Tak banyak yang mengikuti jejak Richard Reid, seorang shoe bomber dan John Walker Lindh yang menyempal dan bergabung dengan mujahidin Afganistan.

Laporan survei CSM ditutup dengan kecemasan beberapa pejabat pemerintahan. “Fenomena ini (pindah agama) memang tengah booming dan ini mencemaskan kami,” ujar seorang intelijen Prancis, seperti dilansir CSM dari sebuah media Prancis, Le Monde. (RioL)

(tri//scm/islamonline)

sumber :www.swaramuslim.net